Beranda | Artikel
Larangan Saling Benci Satu dengan yang Lainnya dan Larangan Saling Memutus Hubungan
Senin, 26 Februari 2024

Bersama Pemateri :
Ustadz Mubarak Bamualim

Larangan Saling Benci Satu dengan yang Lainnya dan Larangan Saling Memutus Hubungan adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 10 Sya’ban 1445 H / 20 Februari 2024 M.

Kajian Tentang Larangan Saling Benci Satu dengan yang Lainnya dan Larangan Saling Memutus Hubungan

Kita memasuki باب النهي عن التباغض والتقاطع والتدابر, yaitu bab larangan saling benci satu dengan yang lainnya dan larangan saling memutus hubungan atau saling membelakangi. Tentu yang dimaksud di sini adalah antara sesama kaum muslimin, karena kata Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam:

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ

“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya.” (HR. Muslim)

Lihat juga: Hadits Arbain Ke 13 – Hadits Tentang Cinta Dan Kesempurnaan Iman

Misalnya seseorang kalau melihat saudaranya, diberikan pundak atau punggungnya, dia tidak mau menghadapkan wajahnya kepada saudaranya. Demikian pula saudaranya muslim yang lain, juga demikian. Ini termasuk hal-hal yang dilarang dalam Islam. Karena Islam adalah agama yang berupaya untuk menjadikan kaum muslimin sebagai orang-orang yang benar-benar bersaudara, mereka saling mencintai karena Allah, dan mereka juga saling membenci karena Allah. Dalam arti kalaupun ada kebencian, maka kebencian itu karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kemudian kita melihat bagaimana komunitas para sahabat dahulu Radhiyallahu ‘Anhum dalam sebuah masyarakat kaum muslimin di Kota Madinah, bagaimana mereka memupuk dan membangun persaudaraan yang demikian kokoh dan indahnya di antara mereka. Ini satu hal yang memang diperintahkan oleh Allah dan RasulNya.

Dalil yang dibawakan oleh Imam An-Nawawi Rahimahullah dalam bab ini adalah:

إنَّمَا المُؤْمِنُونَ إخْوَةٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang bersaudara.” (QS. Al-Hujurat[49]: 10)

Dan persaudaraan yang hakiki adalah persaudaraan yang dibangun di atas iman kepada Allah dan kepada RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Jadi kata إنَّمَا di sini untuk membatasi, artinya bahwa yang benar-benar bersaudara hanyalah orang-orang yang beriman. Iman telah mengikat mereka sehingga menjadi ikatan persaudaraan lebih dari ikatan rahim. Seorang bersaudara dengan saudara kandungnya, satu ayah, satu ibu, lahir dari rahim yang sama, ikatan ini tidak sama dengan ikatan rahim keimanan. Maka dari itu orang-orang yang beriman itu bersaudara tanpa mengenal tempat dan waktu.

Tentu konsekuensi dari orang yang bersaudara adalah saling menghubungi, menyambung, mencintai, dan menziarahi satu dengan yang lainnya. Ini hakikat dari persaudaraan.

Jika hal ini bisa kita wujudkan, apalagi yang menisbahkan aqidah dan manhaj mereka kepada para Salafush Shalih, maka sudah seyogyanya mereka yang pertama melaksanakan ayat ini. Namun, sangat disayangkan bahwa justru yang mengaku beraqidah Salaf itu tidak sedikit di antara mereka saling menjauhi, saling melupakan kebaikan-kebaikan yang lainnya. Tapi memang setan berupaya untuk demikian. Semua itu dari setan dan mengikuti hawa, sehingga terkadang seorang tidak mau mengalah kepada saudaranya, tidak tahu akan dirinya dan statusnya. Ini yang semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memperbaiki keadaan kita lahir dan batin.

Kemudian ayat kedua yang dibawakan oleh An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala dalam bab ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Surah al-Maidah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ…

“Wahai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kalian yang keluar dari agamanya, maka pasti Allah akan datangkan suatu kaum yang mereka dicintai Allah dan mencintai Allah, mereka saling rendah hati di antara kaum mukminin, mereka mempunyai kehormatan di kalangan orang-orang kafir, mereka senantiasa berjuang di jalan Allah, dan mereka tidak takut kepada celaan orang-orang yang mencela.” (QS. Al-Ma’idah[5]: 54)

Allah sebutkan di sini, “Mereka rendah hati sesama kaum mukminin,” mereka tidak menyombongkan diri kepada sesama kaum mukminin, tidak merasa diri mereka lebih dari yang lainnya di antara kaum mukminin. Ini sifat mulia yang harus dimiliki oleh setiap muslim.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53951-larangan-saling-benci-satu-dengan-yang-lainnya-dan-larangan-saling-memutus-hubungan/